04 Desember 2013

Behind The Book "Seribu Kerinduan"


Novel Seribu Kerinduan yang rilis pada 25 Oktober 2013 kemarin menjalani proses yang cukup panjang sebelum akhirnya terbit.

Ehmm, jadi, draft kasar novel ini 60% sudah selesai tahun 2010 lalu dan kubiarkan berjamur di laptop. Oke, nggak berjamur sih, cuma sedikit bau apek karena lama banget nggak disentuh lagi. Pertengahan 2013 ini, aku memantapkan niat untuk menyelesaikannya. Dan begitulah, kalau ada niat yang kuat (didukung dengan usaha serta doa) seluruh Alam pasti akan berkonspirasi untuk mewujudkannya. Hahaaa. Setuju? Sip.

Yeah, finally ... setelah 2,5 tahun mati suri, aku bisa menyelesaikan novel ini hanya dalam waktu dua minggu. DUA MINGGU saudara-saudara! Luar biasa, kan? Aku nulis sepulang dari kantor. Aku nulis di sela-sela ngurus Bara di rumah. Aku nulis ketika ada jam luang di kantor. Aku nulis di sela-sela waktu masak untuk Bara (untuk bapaknya mah beli aja). Dan aku terus nulis sampai tahu-tahu itu novel sudah rampung! Ajaib memang. Aku aja nggak nyangka bisa menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat. Ingat? Hanya dua minggu! (Iya ... iya ... bawel!)

draft-1 novel Seribu Kerinduan
Baiklah, draft awal novel ini ada 119 halaman A4. Aku print dengan perasaan takjub dan membuncah. Maklum, novel pertama woi! (Biasa aja kali....) Setelah dijilid, draft itu kukasih ke dua first readerku. Mereka adalah ... Paul Agus, si suamiku tercinta itu dan juga Tikah Kumala, si editor akuisisi Stiletto Book yang suka bikin kuping jadi merah karena kritikannya. Dari dua first readers itu, aku dapet PR lumayan banyak. Dan karena masih terkena euforia Bandung Bondowoso (yang menyelesaikan seribu candi dalam satu malam), maka revisinya aku kerjakan dalam waktu tiga hari. Aku print lagi ... dan hopla! Si 119 halaman itu menggelembung jadi 135 halaman. 

Draft kedua novel “Seribu Kerinduan” kukirim ke tiga temanku. Mereka bertiga ini memang teman lama yang aku tahu banget makanan sehari-harinya (selain nasi, bakso, peuyeum, dan apa aja yang masuk ke perut buncit mereka itu) adalah buku. *Dadah-dadah ke Mbak Tituk, Ine dan Tantin*

Banyak komentar-komentar dari meraka. Sudah bagus, tapi lebih bagus kalau ditambahin ini. Itunya diganti. Anunya didetailkan lagi. Inunya diginiin. Kok si itu begitu? Si endang begindang? Blah ... blah ... blah.... (fyi: mereka bertiga emak-emak nyinyir yang seneng lihat aku menderita). Yeaaah, memang tidak semua komentar aku pakai sebagai bahan revisi. (Gila apa? Ngikutin kemauan mereka sih bisa nggak rampung sampai Bara ngerayain ulang tahun ke-17) Pokoknya, sepanjang aku bisa kasih alesan yang masuk akal, tetap kupertahankan. Sisanya, mari kita edit lagi. *pasang iket kepala*

Aku pun me-rewrite draft itu untuk yang kedua kalinya. Voila ... si 135 halaman sudah menggendut lagi jadi 145 halaman. Print lagi dong? Pastiii....

Sudahkah berakhir perjuangan si draft novelku ini? Sayangnya belum. Hah? Iya, belum. Aku baru kepikiran untuk memberikan draft novel yang sebenarnya sudah siap diserahkan ke proof reader ini untuk dibaca oleh salah satu teman lamaku; Lelaki Budiman. Entahlah, cuma punya feeling kalau sepertinya ini draft harus dibaca oleh satu laki-laki lagi sebelum benar-benar naik cetak. Akhirnya, kami janjian ngopi sore itu untuk membahas isi novel ini.

JREEEENG!!! Dia ternyata membuat kepalaku pusing tujuh turunan. Jeli banget dia! Dia bilang masih ada dua adegan yang memiliki logika FTV, ya ... gitulah maksudnya, ada faktor kebetulan-kebetulan yang (katanya) jadi kelihatan kurang smart. KAMPRET! Duh, PR banget dong ini mengubah dua adegan yang sudah sangat ciamik (menurutku) jadi lebih masuk akal (lagi)?

Simsalabim! Kurang lebih selama seminggu aku bersemedi dan ... YES! Seribu Kerinduan dinyatakan layak terbit oleh enam first reader gilaku itu. Hahaha.... Jadi, jangan beranggapan kalau novelku mulus-mulus aja melewati editor akuisisi dan dewan redaksi Stiletto Book ya :)) Akhirnya si 119 itu menggendut jadi 150-an halaman. Banyak adegan-adegan yang aku tambah dan juga ada beberapa yang aku tendang.

Itulah perjalanan draft novel “Seribu Kerinduan”, novel pertamaku yang lumayan bikin jantung terus deg-degan menunggu feed back pembaca. Yeah, walaupun kerjaan tiap hari ngoprek naskah, ternyata untuk mengedit naskah sendiri itu memang agak susah. Susah bersikap objektif dengan hasil tulisan sendiri. Itulah pentingnya first readers. Dan, alhamdulillah so far, komentar yang sudah masuk sangat membuatku lega. Coba intip saja di Goodreads ini: klik di sini (Hoo, kali aja jadi tambah pengin baca, kan, ya kaaan?)

Oia, pengin tahu nggak pilihan covernya waktu itu? Ini ada 4 pilihan loh. Aku bikin polling di FB, dan sebenarnya, pemenangnya itu cover nomor 3. Tapi entah kenapa, aku seperti tersihir pada cover dengan perempuan duduk memegang payung. Jadilah, cover itu yang dipakai di novelku.

Pilihan cover novelku 
Tentang tema ... novel ini mengangkat tema yang gampang-gampang susah. Kombinasi antara tradisi kolot dengan modernitas. Bagaimana tokoh Panji si anak orang kaya Jogja menjalin hubungan dengan Renata, perempuan cerdas dari keluarga biasa saja yang punya karier cemerlang di kantornya sebagai fashion editor. Hubungan yang sudah berjalan empat tahun harus kandas karena akhirnya Panji dijodohkan oleh orangtuanya dengan perempuan kerabat keraton. Dari situlah semua drama bermula. Renata merasa sudah tidak bisa lagi menggenggam hidupnya karena kehilangan orang yang sangat dicintai. Dia limbung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan, hingga tanpa disengaja dia sudah menjebakkan diri dalam dunia gelap; dunia prostitusi yang akhirnya menjadi pilihan hidupnya. Sedangkan Panji? Dia harus berjuang untuk belajar mencintai istri pilihan ibunya. Berhasilkah Panji membangun keluarga? Lalu, bagaimana kisah hidup Renata selanjutnya? Bacalah.... J

Oia, dalam novel ini, aku menggunakan setting di Jogja, Jakarta, dan Bandung karena kebetulan pernah tinggal di tiga kota itu cukup lama. Jadi, lumayan hafal dengan tempat-tempat asyik dan jalan-jalannya. Serta suasanya. Dan oh ya, aku juga membuat tokoh Renata bekerja di majalah gaya hidup, seperti mimpiku dulu yang nggak kesampaian. Haha. Hal ini membuat proses riset menjadi sangat menyenangkan karena aku punya modal kepoisme yang sangat maksimal. Hooo. Dan, ya.... Ada selera-selera pribadi nyusup di dalamnya sih. Seperti tokoh Panji yang suka Koil. Haha. Terus, tokoh-tokohnya pada suka ngopi. Dan juga ... penerbit Stiletto Book yang ikut eksis juga di sana. Hahaha..... (Sempet-sempetnya ya iklan?)

Di novel ini, aku juga kutip lagu yang selalu menemaniku menulis, Lagu Hujan-nya Koil, dan Like a Song-nya Lenka. Kedua lagu itu sukses bikin galau to the max.

Oke, baiklah ... karena novelnya sudah ada di toko buku, silakan berburu saja. Dan aku tunggu komentarnya ya. Kamu juga bisa pesan online dengan kirim email ke: orderbuku@stilettobook.com, diskon 25% + bonus blocknote + tandatangan juga dong. Haha.


Selamat menyesap seribu rindu dalam novelku ya..... 


Email dari Om Leon, drummer Koil. Dia bilang suka dengan novelku. Aw!!!  :)


FYI: Judul "Behind The Book" ini InsyaAllah akan aku tulis secara rutin setelah selesai mengedit sebuah buku. So, isinya seputar perjalanan buku-buku yang aku edit---dari naskah mentah, serunya rapat redaksi untuk memutuskan naskah tersebut layak terbit, sampai proses editingnya. Jadi, PR-ku adalah membuat tulisan semacam ini untuk buku2 yang sudah kuedit selama 3 tahun di Stiletto Book. Semoga bisa selesai sebelum akhir Januari. #Sikap

2 komentar:

  1. Kak Herlina, aku kan sempet ikutan giveaway novel seribu kerinduan di goodreads, trus aku kemarin dapet email dari goodreads kayak gini;

    You are one of our First Reads lucky winners! You will soon receive a free copy of Seribu Kerinduan in the mail. Please allow a few weeks for shipping.

    Don't forget to add the book to your Goodreads currently-reading shelf, and we encourage you to also add it to a "first-reads" shelf when you are done reading. Posting a review is optional, but please keep in mind that reviewing the book is in the spirit of First Reads. Publishers provide free copies to Goodreads in hopes of getting early feedback about the book. First Readers who post reviews are also more likely to win free books in the future!

    If you have further questions, please contact Herlina, who listed this book for giveaway. Goodreads is not involved in the shipment of books to winners. Books usually arrive within 4-6 weeks. If you've waited more than 30 days, visit the Giveaway Details page to let us know you haven't received your copy.

    Apa itu tandanya aku menang Kak? Mohon dibalas ya. :)

    BalasHapus
  2. Duh maaf baru buka Blog lagi. Iya, sudah dikirim bukunya, udah dibaca kah? Udah kelar belum? Kutunggu komennya :)

    BalasHapus