Ada
banyak faktor yang membuat produk, gagasan, ataupun perilaku menjadi populer,
menyebar ke seluruh populasi. Bisa jadi hal tersebut dimulai dari segelintir
orang atau komunitas, kemudian menyebar dengan sendirinya. Seringkali penyebarannya
bermula dari satu orang ke orang lain, seperti halnya virus. Atau dalam beberapa
kasus, bisa jadi produk ataupun gagasan menjadi populer lantaran ada cerita
menarik yang membuatnya cepat menyebar.
Namun,
walaupun banyak contoh produk dan gagasan yang kelihatannya mudah sekali
menjadi populer, mencari sesuatu yang mudah diterima oleh semua kalangan
bukanlah hal yang mudah dilakukan. Butuh perjuangan dan kekonsistenan dalam
melakukannya. Sudah siap? Haha.
Kali
ini aku mau share hasil membaca
beberapa buku tentang viral marketing,
salah satunya buku Contagious, karya Jonah Berger.
Dari
hasil membaca buku-buku marketing, aku bisa membuat satu benang merah yang bisa
kita jadikan pegangan, bahwa produk ataupun gagasan bisa menjadi menular bukan
karena sudah ditakdirkan begitu. Yup, sifat menular bukan dilahirkan, tapi dibuat.
Tentunya ini menjadi kabar baik untuk kita semua, kan? Artinya, kita bisa membuat produk ataupun pikiran kita menjadi mewabah,
dibicarakan banyak orang, dan campaign
kita berhasil, atau produk kita akan dicari banyak orang.
Memang,
ada beberapa produk ataupun pikiran yang beruntung mendapat tempat di khalayak
sehingga mudah menjadi bahan pembicaraan. Kampanye antirokok, misalnya,
sekarang sedang heboh terjadi di Indonesia. Kejadian seorang perokok yang
terkena kanker laring dan akhirnya meninggal (setelah sebelumnya beliau menjadi
tokoh antirokok), sekarang sedang dibicarakan oleh ribuan orang di sosial media.
Kejadian ini masuk ke dalam hal-hal yang secara alami terkesan membangkitkan
kehebohan, sehingga banyak orang dengan suka rela ikut menyebarkannya. Ikut mengkampanyekan
bahaya antirokok.
Namun,
banyak juga hal-hal biasa pun mampu membangkitkan getok tular kalau seseorang
berhasil menemukan jalan yang tepat untuk melakukannya. Nggak peduli berapa
polos atau membosankannya sebuah produk atau gagasan tersebut, selalu ada cara
untuk menjadikannya menular.
kredit: www.linkedin.com
Jadi,
apa saja kuncinya agar produk/gagasan/pikiran kita bisa menjadi populer dan
diperbincangkan banyak orang? Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Voila.....
1.
Social
Currency (Mata Uang Sosial)
Apa
yang dirasakan seseorang ketika membicarakan produk ataupun gagasan? Kebanyakan
orang pengin terlihat cerdas daripada bodoh. Pengin tampak uptodate daripada ketinggalan informasi. Pengin terlihat kaya daripada
sebaliknya. Ya nggak sih? Sama seperti baju yang kita pakai, apa yang kita
katakan ataupun kita share di media
juga berpengaruh terhadap pandangan orang lain terhadap diri kita atau tempat
usaha kita.
Mudah sekali menebak sifat ataupun kesukaan orang dari
status pribadinya di sosial media. Orang yang suka baca buku, akan sering
membagi buku apa yang sedang dibaca. Orang yang nggak suka dengan Bapak
Presiden, akan membagi rumor negatif apa pun yang ada di media, entah beritanya
benar atau tidak, yang penting share,
biar dunia tahu kalau orang tersebut ada di tim oposisi Bapak Presiden, hihi.
Jadi, untuk membuat orang membicarakan sesuatu, kita
perlu menciptakan nilai yang membantu mereka memperoleh kesan yang diinginkannya
tersebut. Kita perlu menemukan keistimewaan mendasar yang membuat orang merasa
sebagai bagian dari lingkaran dalam kita. Kita perlu mengungkit mekanika
permainan untuk memberi orang cara untuk memperoleh status yang terlihat, yang
bisa mereka perlihatkan kepada orang lain. Yang bisa mereka pertunjukkan ke
orang lain dengan tujuan tertentu.
2.
Trigger
(Pemicu)
Bagaimana
sih caranya orang membicarakan produk ataupun gagasan kita? Pemicu adalah
rangsangan yang bisa membuat berita mudah menyebar, membuat gagasan mejadi
saling terhubung, bahkan bisa menjadi sebuah movement yang tidak bisa kita sepelekan. Pemicu jugalah yang
membuat produk kita masuk ke target market yang kita harapkan. Orang akan
membicarakan apa pun yang sering terlintas di pikiran. Jadi makin sering orang
berpikir tentang suatu produk/gagasan, makin sering pula produk/gagasan kita
dibicarakan. Yup, kita perlu menciptakan pemicu yang bisa menghubungkan produk
ataupun gagasan kita dengan petunjuk yang sudah mapan di lingkungan yang
menjadi sasaran kita. Bagaimana misalnya? Kita bisa pakai bantuan teman yang sudah memiliki banyak followers, blogger, orang yang berpengaruh, atau siapa pun untuk membantu mempopulerkan ide/produk kita. Hal ini akan menjadi lebih terasa jika kita melakukan serentak
dan dalam waktu yang relatif sama.
3.
Emotion
(Emosi)
Ketika
kita peduli, kita cenderung berbagi. Sharing
is Caring. Kita peduli dengan kasus meninggalnya bocah kecil Angeline kemarin, kita
akan membagi berita tentangnya. Kita peduli dengan nasib persebak-bolaan
nasional, kita akan share berita
tersebut. Apa pun yang menyangkut emosi kita, kita akan bagikan dengan suka rela.
Jadi, bagaimana kita menciptakan pesan dan gagasan untuk membuat orang
merasakan sesuatu? Karena secara alami, konten yang mudah menular adalah konten
yang bisa menyentuh hati khalayak. Jadi, alih-alih menonjolkan fungsi, kita
perlu berfokus pada perasaan. Emosi mudah dikobarkan. Tantangan kita adalah
menyentuh emosi orang yang ingin kita sasar. Misalnya, produk Bodyshop yang
menggunakan kampanye hijaunya akan mudah menempel di hati pemakai brand kosmetik tersebut. Bagaimana orang
merasa ikut mencintai lingkungan dengan menggunakan kosmetik merek Bodyshop. Kita
bisa menyelipkan cerita menarik yang bisa membangkitkan emosi orang lain
sehingga orang akan dengan suka rela membantu menyebarkannya karena merasa
mendapatkan sentuhan emosi dari kita. Ssst, kadang emosi negatif juga berguna
untuk hal ini, lho!
4.
Public
(Umum)
Ungkapan
terkenal monkey see, monkey do bisa
kita uji cobakan. Hal ini memberitahu kita betapa sulit bagi kera
untuk meniru tanpa melihatnya. Membuat sesuatu menjadi terlihat menjadikan
sesuatu itu lebih mudah ditiru, yang memperbesar kemungkinan menjadi populer. Yup,
kita perlu membuat produk dan gagasan menjadi lebih umum. Kita perlu merancang
produk dan gagasan yang mengiklankan diri dan menciptakan sisa perilaku yang
meninggalkan jejak, bahkan setelah orang membeli produk atau mendukung gagasan
kita. Kirimkan produk kita kepada orang yang punya pengaruh besar pada komunitasnya, misalnya. Dengan demikian, produk kita akan sering terlihat banyak orang dan membuat orang lain ingin memilikinya juga. Punya kenalan yang cukup populer di sekolah/kampus/komunitasnya? Minta bantuanlah untuk ikut mempromosikan produk yang kalian miliki. It works.
5.
Practical
Value (Nilai Praktis)
Bagaimana
kita bisa merancang konten yang tampak bermanfaat? Sebagai makhluk sosial,
orang punya kecenderungan membantu orang lain dengan barbagi, baik berbagi
sesuatu secara material, ataupun berbagi informasi yang bermanfaat. Jadi, kalau
kita bisa menunjukkan kepada mereka bagaimana produk atau gagasan kita bisa
menghemat waktu, meningkatkan kesehatan, membuat mereka lebih terampil, atau
menghemat uang, mereka akan menyebarkan informasi tersebut. Tidak hanya
menyebarkan secara virtual, bisa jadi hal tersebut menjadi bahan obrolan sambil
makan siang atau ngopi-ngopi cantik. Namun, dengan banyaknya informasi yang
tersedia di jagad raya ini, kita perlu membuat informasi kita tampak menonjol
dan berbeda dengan yang lain. Kita perlu menyoroti keistimewaan yang kita
tawarkan (entah secara keuangan ataupun yang lain), kemudian menjadikan hal
tersebut sebagai kata kunci untuk disebarluaskan, diceritakan dari satu orang
ke orang lain.
6.
Story
(Cerita)
Orang tidak hanya berbagi informasi, tapi juga berbagi cerita. Cerita seperti
halnya sebuah wahana yang bisa kita selipi pesan yang ingin kita sampaikan. Informasi
menyebar dengan cara menyamar sebagai obrolan ringan pada saat-saat senggang. Jadi,
kita perlu membangun cerita kita sendiri, membenamkan produk atau gagasan kita
dalam sebuah cerita yang menarik, untuk diceritakan kembali. Namun yang harus
diingat adalah, kita harus bisa menciptakan pesan yang menyatu dengan narasi
cerita sehingga orang tidak menyampaikan cerita tanpa informasi produk/gagasan
yang dikandungnya. Nggak lucu kan cerita kita menyebar dari mulut ke mulut tapi
produk kita malah dilupakan lantaran ceritanya kurang menyatu? Itulah kenapa
banyak perusahaan yang membayar brand
ambasador untuk mewakili mereka menyampaikan pesan ke khalayak. Kita juga
bisa lho menciptakan brand ambasador
versi kita sendiri. Why not?
Yup,
itu tadi enam prinsip menularkan produk dan gagasan agar dikenal lebih luas dan
menjadi mewabah. Prinsip-prinsip yang dalam bahasa Inggris bisa disingkat
dengan STEPPS ini bisa mulai diterapkan dari sekarang jika ingin menjadikan
produk/gagasan lebih populer. Beberapa dari keenam cara tersebut memang perlu
usaha keras untuk bisa berhasil, namun yang lainnya bisa mudah kita lakukan
asal kita kreatif.
kredit: www.runesmedia.com
Memang,
ini bukanlah hal yang mudah dan instan, kita perlu melakukannya secara terus
menerus untuk bisa melihat hasilnya di kemudian hari. Seperti halnya usaha yang
sudah aku lakukan bersama tim di Stiletto Book, penerbitan buku yang aku kelola.
Mengkampanyekan orang untuk membaca buku bukan hal yang mudah. Namun, dengan
menciptakan kesan (social currency) bahwa
“Smart woman is sexy”, menjadi banyak
orang (dalam hal ini perempuan) mau dengan suka rela membagikan informasi
ketika sedang membaca buku. Sampai sekarang, kami banyak membagikan stiker
dengan tulisan “Reading is sexy”,
atau “Be smart and sexy with Stiletto
Book”, memuat artikel bertema asyiknya membaca, menyumbangkan beberapa buku ke komunitas, dan lain-lain. Semuanya bertujuan untuk menciptakan kesan bahwa membaca
itu bukan sesuatu yang membosankan, bahwa perempuan yang suka membaca itu seksi
karena akan lebih cerdas dan terampil, bahwa membaca bukan kerjaan orang-orang serius saja, membaca juga bisa menjadi hobi yang mengasyikkan, dan seterusnya. Syukurlah kampanye ini sudah mulai
terlihat hasilnya sedikit demi sedikit. Banyak share di media sosial dengan men-tag dan me-mention Stiletto
Book ketika sedang membaca, bahkan ketika mereka membaca buku terbitan penerbit
lain juga nge-tag kami segala, haha. Hal
ini pulalah yang membuat kami masih survive
sampai sekarang dan terus produksi buku, hihi. Ada
juga beberapa hal yang sering kami lakukan berkaitan dengan enam prinsip di atas tadi, aku ceritakan lain kali sambil ngopi-ngopi aja ya? Haha.
Think out of the box, agar kita bisa
selalu survive di tengah dinamika
hidup yang berjalan begitu cepat ini, hihi. Semoga bermanfaat ya buat kalian
yang sedang pengin membangun brand
produk ataupun brand image pribadi.
Ciao bella!