27 Oktober 2010

Belajar Melepaskan



Malam itu aku sedang terpekur di depan ATM di salah ruas jalanan di Jogjakarta. Aku mengobrak-abrik lagi isi tasku. Kukeluarkan satu per satu isinya, kemudian aku masukkan lagi. Aku membuka dan menutupnya, kemudian membuka lagi, sambil sesekali mengumpat dan sesekali pula mengedarkan pandanganku ke arah sekeliling. Aku periksa tong sampah, kemudian aku menyusuri selokan untuk mencari dompetku yang tiba-tiba raib dari dalam tas.

Setelah satu jam berlalu dan tidak ada tanda-tanda bahwa dompetku akan kembali, aku memutuskan pulang dengan perasaan dongkol, kesal, marah dan kesemuanya itu berkecamuk menjadi satu.

Sesampainya di rumah, otakku terus memikirkan dompet itu; Hilang di mana? Ditemukan siapa? Bakal dikembalikan atau tidak? Malah, aku sempat mencurigai tukang parkir yang sedang jaga malam itu. Betapa pikiran buruk itu telah menyita banyak energiku, yang ujung-ujungnya aku hanya bisa mengumpat dan uring-uringan sepanjang malam.