24 Desember 2009

Children of Heaven

Adalah Taqi, seorang bocah berusia 5 tahun. Berperawakan kecil, kelihatan cerdas dan kritis dibanding anak seusianya yang sekarang masih duduk di TK Nol Kecil.

Hari itu ada lomba mewarnai di sekolahnya. Taqi tidak bilang ke ibunya akan lomba tersebut yang sebenarnya sudah lama dia nantikan. Mungkin dia kasian melihat ibunya selalu kerepotan mengurus adiknya yang saat ini baru berumur 2 tahun dan satunya lagi masih berumur 5 bulan. Ya, Taqi mempunyai 2 orang adik yang masih kecil-kecil di rumah. Sedangkan ayahnya sering ditugaskan ke luar kota oleh kantor tempat kerjanya.

Hari itu pun Taqi berangkat ke sekolah seperti biasa. Sia berangkat sendiri, berbarengan dengan ibu dari teman-temannya yang sudah menenteng krayon dan meja gambar. Sedangkan Taqi, tetap penuh percaya diri melenggang dengan tangan kosong.

15 Desember 2009

Penerbit Stiletto Book

Berawal dari kecintaannya pada dunia buku, akhirnya aku belajar menulis, dari sekadar tulisan di diary jaman SD sampai SMA dulu, berlanjut ke blog, sampai menjadi sebuah buku yang mudah-mudahan akhir tahun ini sudah terbit.

Kemudian Paul -seseorang dengannya aku banyak menghabiskan waktu- memberiku advise untuk membuat sebuah penerbitan buku. Dia berikan gambaran lengkap tentang seluk beluk dunia penerbitan, karena kebetulan dia juga punya usaha di bidang tersebut.

Singkat kata, aku terinspirasi untuk membuat sebuah penerbitan yang akhirnya aku beri nama: Stiletto Book


STILETTO BOOK
adalah penerbit buku yang mendedikasikan diri untuk menerbitkan naskah-naskah fiksi maupun non fiksi yang berkaitan dengan dunia perempuan; life style, karier, keuangan, kecantikan, kesehatan dan segala dinamika perempuan modern.


14 Desember 2009

Are You Shopaholic?

Julukan Miss Shopaholic sering Anda dapat dari teman-teman atau bahkan pacar Anda? Trus, Anda sudah mulai kerepotan menghadapi tagihan kartu kredit yang terus naik dan mendekati over limit? Ya, saatnya Anda membuat pengakuan.. :)



Simak tips berikut agar Anda lolos dari hobby belanja:

  • Pengakuan. Yang pertama harus dilakukan adalah, mengakui kalau Anda punya masalah. Ceritakan mengenai masalah ini dengan mereka yang tak punya masalah dengan keuangan atau berkonsultasilah dengan perencana keuangan.
  • Hindari “tempat basah”. Bikin daftar tempat-tempat dimana Anda suka kelepasan berbelanja. Jika mesti jalan, ajaklah teman yang siap menegur apabila Anda sudah belanja berlebihan.
  • Cari hobi. Cari aktivitas lain yang bisa mengalihkan Anda dari pikiran berbelanja. Ke gym, mungkin?

11 Desember 2009

Cerdas Membelanjakan Uang

"Aku tidak mengharapkan (perempuan) mampu mengendalikan pria; aku ingin mereka mengendalikan diri mereka sendiri“ Mary Wollstonecraft



SALE…!!!
Siapa yang tidak tergoda untuk melirik etalase di mal dan butik langganan kita kalau di tempat tersebut sedang memasang label discount? Yang tadinya merasa tidak butuh apa-apa jadi ingin mampir sebentar, niatnya hanya window shopping saja, tapi kok? jadi kepengen beli ini itu ya? Hehe… biasa, naluri wanita.

Ya, kita pasti sering merasakan hal seperti itu, ketika sebuah etalase dengan cantiknya memamerkan sepatu yang sudah lama kita incar, dengan harga diskon pula, rasanya tidak rela jika kita melewatkan kesempatan itu. Atau ketika kita sedang asik berselancar di dunia maya, tiba-tiba kita menemukan barang lucu yang belum pernah kita lihat sebelumnya, tak tega rasanya untuk tidak meng-klik tombol “buy”.

STOP!
Sebelum Anda terjebak di tengah-tengah sale tanpa tujuan yang jelas dan membelanjakan sejumlah uang untuk barang-barang yang sebenarnya tidak Anda butuhkan, Anda harus ingat dan belajar dari pengalaman, tagihan menumpuk sudah tak boleh terjadi lagi. Untuk urusan belanja, Anda mesti lebih pintar dan tak boleh kalap! Coba tilik strategi belanja agar keuangan tetap aman dan Anda pun tidak akan tertegun lagi ketika tagihan kartu kredit datang.

Tips Cerdas Membelanjakan Uang

Berikut adalah tips agar Anda tetap cerdas membelanjakan uang:

09 Desember 2009

Save Your Life..!!!

“Perempuan takkan pernah mandiri, sampai dia memegang dompetnya sendiri” Elizabeth Cady Stanton

Sepertinya semua orang mengakui kalau kita, ya para perempuan, baik yang masih lajang ataupun yang sudah menikah sangat dianjurkan untuk menyisihkan pendapatan yang kita terima untuk ditabung. Paling tidak kita punya dana darurat yang sewaktu-waktu bisa kita gunakan kalau “kepepet”, masa mau merepotkan suami terus? Pinjam? Ah, itu kan sudah tidak masuk rumus kita? Satu-satunya jalan adalah kita dipaksakan untuk menabung.





Mengapa Perempuan Harus Menabung?

Sudah saatnya kita mulai memikirkan tabungan, karena kebutuhan kita yang kadang tidak mudah diprediksi membuat kita harus menyiapkan dana darurat untuk bisa dipakai sewaktu-waktu. Selain itu, ada beberapa alasan mengapa para perempuan dianjurkan untuk menabung, diantaranya:


Bijak Menggunakan Credit Card

“Perempuan itu ibarat kantong teh; celupkan ke dalam air panas, dan mereka akan semakin kuat" Eleanor Roosevelt


Apakah Anda pernah nonton film “Confession of a shopaholic”?
Kalau Anda pernah nonton film tersebut, tentu masih ingat bagaimana kacaunya kehidupan Rebecca, si tokoh utama, karena terjerat hutang kartu kredit yang sangat besar akibat kebiasaan belanja yang tidak terkendali. Tentunya Anda tidak menginginkan hal ini terjadi pada diri Anda, kan?

Ya, kita tidak bisa memungkiri bahwa kartu kredit memang sudah menjadi bagian dalam keseharian kita. Kemudahan untuk mendapatkan kartu kredit pun menjadi peluang yang sangat besar untuk bisa memiliki kartu plastik ini lebih dari satu. Tapi tunggu, sebenarnya seberapa penting-kah kartu kredit itu? Bagaimana cara yang baik untuk memperlakukannya agar kita terhindar dari kebiasaan hutang ini?

Jangan Mengajukan Kartu Kredit Karena Gengsi

Kartu kredit memang memberikan banyak kemudahan dalam bertransaksi.  Malah kartu kredit bisa memberikan keuntungan, misalnya: dana belanja kita ditalangi oleh bank terlebih dahulu, jadi kita bisa memanfaatkan uang tunai kita ke hal-hal lain, atau ditabung untuk mendapatkan bunga, dan kita akan segera melunasinya sebelum masa jatuh tempo untuk menghindari bunga. Untung bukan?

05 November 2009

Teruslah Melangkah, Wi!

Bosan, sebuah kata yang akhir-akhir ini sering aku gumamkan. Butuh sesuatu yang baru, yang lebih fresh, lebih menantang, lebih bernyawa dan punya ruh.

Sudah lima tahun aku bekerja di kantor tempatku beraktivitas sekarang. Dari kerja rodi yang tidak kenal waktu, sampai dengan kerja gaji buta karena minimnya pekerjaan, semuanya sudah aku jalani selama kurun waktu itu. Unpredictable, sekonyong-konyong semua pekerjaan seperti turun dari langit, kadang hujan lebat, tapi tak jarang kering kerontang.

Seperti minggu ini, sepulangnya aku ditugaskan dari Riau selama setengah bulan, aku belum nongol di kantor karena memang sedang tidak ada aktivitas di sana, semua teman-temanku masih ditugaskan keluar kota.

Aku tidak berinteraksi dengan siapapun. Tidak bersentuhan dengan apapun jenis pekerjaan. Aku benar-benar mandul, memang, hal seperti ini sudah seringkali aku rasakan, tapi aku belum punya cukup keberanian untuk meninggalkan kantor dan keluar dari zona nyaman ini.

12 Oktober 2009

Fun Fearless Female

Fun Fearless Female.
Apa yang terlintas dibenak Anda ketika membaca ataupun denger deretan kalimat itu?

Seorang wanita yang menikmati hidup (maybe), berani (mungkin), luwes dalam pergaulan, semringah, mandiri, tahu tujuan hidup dan mimpi yang akan diraihnya... bla..bla..bla..

Yang jelas, ketika ada formulir pemilihan Fun Fearless Female 2009 di Majalah Cosmopolitan, aku segera mengisi dan mengirimkan kembali ke majalah tersebut.

Deretan panjang persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain:
* Wanita, lajang/belum menikah
* Usia 18-30 tahun
* Cantik, fotogenik dan mempunyai proporsi tubuh ideal
* Memiliki tinggi min. 165 cm
* Memiliki talenta dan berwawasan luas
* Citra diri sebangai Fun Fearless Female (Modern, mandiri dan menikmati hidup)
* Mengisi formulir dilampiri struk pembelian L'Oreal  dan foto 3 lembar.

Hanya selang 2 hari setelah aku mengirimkan seperangkat alat perang itu, aku ditelepon untuk mengikuti seleksi lebih lanjut yang meliputi tes interview dan pemotretan. Lagi, dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan, antara lain: memakai rok jeans mini, you can see putih polos, high heels minimal 7 cm, dan lain lain..

Tepat sehari sebelum hari ulang tahunku tanggal 6 Oktober kemarin, aku yang ditemani sang pacar menumpang kereta kelas bisnis menuju Jakarta. Suasana arus balik masih terasa karena kami tidak mendapat tempat duduk dan rela duduk di atas kotak peralatan bersih-bersih pegawai CS kereta tersebut. Sumpek, sesak, panas, apapun kami rasakan sepanjang perjalanan kurang lebih 10 jam dari Jogjakarta.

08 September 2009

Kupingku Dijewer Si Bapak

Tak sengaja mataku menangkap siluet seorang bapak-bapak yang kalo aku taksir umurnya sekitar 50 tahun. Dia sedang tertidur, bersandar pada pagar di seberang rumahku. Sepeda ontel yang memuat sebuah kursi rotan besar bertengger di sebelahnya.

Aku masuk ke rumah untuk meneruskan aktivitas memasak nasi goreng, tapi pikiranku tak bisa beranjak dari si bapak. Setelah selesai, aku mematikan kompor dan segera mendatanginya. Matanya masih terpejam. Lelap.

Suasana hiruk-pikuk di luar tidak mampu membangunkan tidur si bapak. Aku memberanikan diri mengusik tidurnya. Bapak itu masih terlelap ketika panggilan yang ketiga kali pun tak kuasa membangunkannya.

Aku tunggu sampai beberapa menit.
Kupandang kerutan di wajahnya dan handuk yang melingkar di leher. Aku trenyuh. Kutepuk pundaknya dan akhirnya bapak itu mengangkat kepala yang -mungkin- terasa berat.

"Sudah makan, Pak? Mari Pak mampir ke rumah, saya baru saja goreng nasi..." kataku yang disambut dengan senyum sumringahnya.

01 September 2009

Di mana Kau, Tuhan?

Salib dan orang-orang Kristen, dari ujung ke ujung telah kujajaki;
Dia tiada di atas salib

Aku tlah pergi ke biara tempat memuja, ke pagoda tua;
Tiada jejak apapun di sana

Aku pergi ke pegunungan Jayawijaya dan Kandahor pun tlah kulihat;
Dia tak ada di bukit, tiada pun di lembah jua

Dengan segala persiapan, kudaki gunung Qaf;
Di tempat itu pun hanya ada persemayaman burung Anqa

Kukelok tali kekang dan kuburu Kaabah;
Dia tak ada di tempat tua dan muda itu bertirah

Kutanya penunggu malam dan penjaga laut pantai selatan;
Dia berada di seberang jangkauan mereka

Kudaki ke arah tempat berjarak dua tombak;
Dia tiada di tempat yang keramat itu

Kupandang ke dalam hatiku sendiri;
Di sana, kulihat Dia;
Dia tiada di tempat lainnya

Tuhan, Tuhan, kadang memang Kau susah dicari ya??

31 Agustus 2009

Kena Marah Atasan



Hari Senin diakhir bulan Agustus, waktu yang biasanya aku habiskan dengan kesibukan dari pagi hingga sore di kantor menjadi sedikit “aneh” ketika sudah jam 11 aku masih asyik dibalik bed cover di kamarku yang nyaman.

Telepon pertama berdering di handphonku, ya dari atasanku:
Dia: “Dewi, mana report training kemarin? Ko’ belum di email?”
Aku: (dengan suara masih serak) “Oke pak, nanti segera saya email”

Aku kembali menarik selimut ketika beberapa menit kemudian handphoneku berdering, kulihat dilayar, masih dengan nama yang sama.

29 Agustus 2009

Single is a Privilege



-->
Apa yang paling ditakutkan cewek ketika usianya telah menginjak seperempat abad? Jawabannya mungkin beda-beda, tapi dari sekian jawaban itu, yang paling sering muncul adalah “belum mendapatkan pasangan yang cocok”. That’s right..!!


Kadang aku juga merasakan hal yang sama, ketika usiaku telah menginjak kesekian, undangan nikah dari sahabat datang tiada henti dan pertanyaan “kapan kawin?” terus menggema digendang telinga, sekelebat aku berpikir, seperti di sebuah sekolah TK, ketika semua teman-temanku sudah dijemput orang tua masing-masing, cuma aku yang masih menunggu giliran untuk segera dijemput ibu.


Sebenernya pikiran seperti itu akan gampang aku alihkan dengan kehidupanku yang tak kalah menarik ditengah-tengah aktivitas pekerjaan dan mengurus bisnis kecil-kecilan, juga karena aku dikelilingi teman-teman yang mencintaiku, (ehmm, cowoku juga dink), tapi ketika para keluarga, kerabat dan teman sekeliling mulai menanyakan hal serupa, jengah juga lama-lama.

26 Agustus 2009

Confessions Of a Shopaholic

Ketika sedang khusuk membolak-balik lembar demi lembar Cosmopolitan, mataku menangkap film recommended wajib tonton pilihan majalah tersebut, ya "Confessions of a Shopaholic" dilengkapi dengan ilustrasi seorang cewek sedang membawa kantong belanja berbagai bentuk dan ukuran yang sangat menarik (tentu saja naluri keceweanku langsung tergugah, hah?).



Aku langsung memutuskan untuk menghubungi salah satu teman dengan niatan nonton bareng, dan ternyata pada H-1 premier film tersebut diputar, aku mendapat emergency call dari kantor untuk berangkat keluar kota dalam rangka dinas, ouch...!!! Dan alangkah malangnya di kota tempat ku ditugaskan tidak ada bioskop, (hello...?) jadi, aku cuma bisa melengos ketika menerima sms temanku yang menceritakan betapa serunya film tersebut.

Selepas tugas keluar kota, aku langsung memburu DVD/CD-nya, ko ya ndilalah ga nemu juga, akhirnya aku putuskan untuk membeli bukunya, aga tidak biasa memang aku memilih genre buku seperti ini (baca: chicklit).

19 Agustus 2009

Cerita Sepasang Zippo


(yang masih kurahasiakan dari dia)

Sudah menjadi kebiasaanku untuk menghadiahi diri sendiri setelah pencapaian yang lumayan membutuhkan -sedikit- perjuangan, pppffhh… waktu itu hal pertama yang terpikirkan adalah membeli Zippo, yeah hanya sebuah korek memang, tapi entah kenapa aku begitu pengen memilikinya lagi, setelah Zippo pertamaku diembat seorang teman yang klepto, shit!!

Dan ketika aku sukses menghadapi ujian pendadaran yang menguras keringat dan mengobrak-abrik susunan otakku, aku sudah mengincar Zippo idaman dari www.mybutik.com. Sudah kupelototi puluhan, bahkan ratusan Zippo disana, dan pilihanku jatuh pada warna black ice yang menggoda dengan gambar resleting dibuka bertuliskan zippo, hmmm…pilihan yang tidak jelek bukan?
Tapi entah kenapa, niat untuk segera menghubungi admin website tersebut belum kesampaian juga sampai seminggu berlalu. Waktu itu juga Paul -yah,cowoku yang baik hati- ingin memberikan kado kelulusan, tapi dia bingung apa yang aku pengen.

19 Juli 2009

Sebuah Persembahan

Maret 2008

Diamlah hatiku, karena langit tiada mendengar.
Malam itu, seperti malam-malam sebelumnya, aku melewatkannya di sebuah kedai kopi yang letaknya tidak seberapa jauh dari tempat tinggalku. Bersama dengan salah satu sahabat, aku menghabiskan secangkir bubuk hitam dan obrolan garing masing-masing diantara kita.

Tak seberapa lama, ketika waktu menunjuk pukul 10 malam, seseorang menghampiri ketika kita tengah khusyuk dengan aktivitas masing-masing, sahabatku yang asyik dengan laptop-nya dan aku sendiri sibuk membolak-balik lembar majalah.

“Slamat Malam” katanya.
Kulihat wajahnya sekilas untuk kemudian kembali ke aktivitasku semula.
Dari obrolan singkat yang aku dengar, sepertinya mereka adalah teman yang sudah lama tak bersua, sesekali aku curi dengar obrolan yang tak kalah garing versi dua lelaki itu.
Piye? Masih sibuk ngajar?” katanya.
“Yo, tuntutan hidup” sahut sahabatku.
Wis nikah durung ki….??
Durung, durung ketemu sing pas, koe piye kang? Wis mbojo?
”hehe… sama, masih diberi kesempatan sama Tuhan untuk menentukan pilihan“ jawabnya bijak.

Ah… ternyata memang masih pada asyik dengan kesendirian, akupun tak mau kalah, segera kutimpali obrolan mereka dengan alibiku yang – masih - merasa nyaman dengan kesendirianku.

Hidup adalah sebuah pulau di laut kesunyian dan kesendirian. Hidup adalah sebuah pulau dimana bebatuan adalah harapan, pepohonan adalah impian, bunga adalah kesendirian dan musim semi adalah kehausan ditengah lautan kesunyian dan kesendirian.

Berawal dari obrolan singkat yang diakhiri dengan tukar menukar kartu nama, kita pulang ke kediaman masing-masing setelah gong kedai kopi itu ditabuh untuk mengusir para tetamunya. Dan jalanpun kembali lengang.

Setelah itu,
Sesekali, kudapati pesan singkat di ponselku pada pagi buta dari nya, biasanya aku belum tertidur dan biasanya juga sms itu aku diamkan – karena seringkali pesan seperti itu aku dapat dari para penghuni malam diluar sana - tapi tak jarang juga aku balas. Susunan katanya selalu mengingatkanku pada malam-malam yang akan segera bertepi.

April 2008

Diamlah hatiku, karena malam telah berlalu.
Sesekali disuatu malam, aku juga bisa ditemui di suatu kedai kopi yang lain bersama dengannya, papan catur selalu tergelar dimeja kami, ditemani dengan secangkir kopi dan kepulan rokok, kami selalu melewatkannnya seperti itu, ketika dia sudah lelah dengan kekalahannya, kamipun ngobrol seperlunya.

Tak jarang cerita mengalir darinya, kelihaiannya mengurai cerita perjalanannya membuatku sedikit terhenyak kagum, bukan masalalunya, bukan juga cerita kekonyolannya, apalagi kesuksesannya tapi ketulusannya untuk mau berbagi cerita dengan-ku, aku sangat menghargainya karena itulah kepercayaan yang dia berikan diawal sebuah persahabatan.
Hari hari berikutnya, minggu-minggupun beterbangan dan bulanpun berlalu.

Kami sibuk dengan diri dan kehidupan masing-masing, masih juga sesekali dia menghubungiku, mengirim pesan singkat untuk sekedar menyapa dipagi hari. Tak ada yang special, semuanya berjalan seperti malam melewati bulan dan pagi menggantikan gelapnya.

Hingga suatu malam di bulan Juni 2008
Diamlah hatiku, menangislah hingga beku.

Ponselku berdering,
”Sibuk ga malam ini? Ngopi yuuk, udah lama nih ga ketemu”
suaranya terdengar sayup diriuh rendahnya tawa sekelilingku.
”Yuuukz, mau curhat nih, aku lagi patah hati, huhuhu”
jawaban itu meluncur spontan dari bibirku yang kering dimusim penghujan.

Tak berapa lama sesampainya aku dirumah, dia menyambangiku, kitapun mengabur ke sebuah kedai kopi.
Malam itu, aku berkata-kata, merunut semua kejadian yang menerpaku secepat kilatan cahaya, kulihat dia sangat seksama menyimak celotehanku yang tak jarang diselingi senyum kecutnya, dimatanya kulihat sirat kesedihan dan kepiluan tanda empati yang dalam. Tak jarang pula dia menimpalinya, disitulah aku dibius untuk memasang telingaku lebar-lebar, kabut tersibak luruh, kudapati pemandangan seseorang dengan pola pikir yang sangat dewasa dan santun, aku dijejali dengan ribuan petuahnya, benar-benar malam yang tak akan terlupakan. Pertama kutahu betapa dia punya pesona yang potensial.. :P

Malam itupun air mataku mengering, senyum kembali tersungging biarpun baru kemarin malam pipiku deras oleh bening kristal dari mataku, tapi obrolan dengannya seakan mampu membangunkan kakiku untuk tetap tegak berdiri. Terimakasih Paul, untuk malam itu, ketika semuanya kembali berdentang menandakan kehidupan kembali.

Di satu malam yang lain.
Kamipun sering bersama menikmati gugurnya daun kering dari dahannya, tidak untuk bermain catur, tidak untuk meminum kopi ataupun untuk saling bercerita, tetapi sesekali kami hanya terhanyut diam disepinya jalanan aspal menjelang pagi, bergumul dengan angin ditengah kota ataupun berjalan dibawah hujan.

31 Juli 2008
Diamlah hatiku, karena dia berkata ”aku sayang kamu”

Agustus 2008
Diamlah hatiku, diamlah hingga pagi.

Aku telah berpikir tentang banyak hal sepanjang bulan yang bisu.
Aku mencari kesunyian sebab inilah kehidupan bagi jiwa dan pikiran.
Aku mencari rimba karena di sana aku menemukan cahaya matahari, harum bunga-bunga, serta melodi aliran sungai.
Aku mencari gunung-gunung sebab di sana aku menemukan musim semi, hasrat musim panas, lagu-lagu musim gugur dan energi musim dingin.
Aku datang ke suatu malam yang sunyi berharap dapat mengetahui jati diri, dan aku mencari kesendirian sebab aku letih dengan kepura-puraan.
Hingga dipenghujung bulan ini, kudapati tubuhku yang masih dengan sisa-sisa keletihan, terhenyak diatas kursi berukir cantik pada warung kopi disebuah kota terpencil diujung utara tanah jawa, ya, ditempat inilah aku menyepi untuk beberapa saat bersamaan dengan interview pekerjaan disebuah perusahaan bumn.

Untuk akhirnya aku kembali pulang ke Jogja dari sebuah kunjungan pelepas penat.

September 2008
Diamlah hatiku, karena dia berarti.

Siang hari diteriknya matari awal bulan september, aku didatangi oleh sepucuk surat panggilan kerja di sebuah perusahaan tempatku melamar, aku diterima kerja dengan jabatan menarik.
Kebimbanganku mulai memuncak antara meninggalkan Jogja beserta isinya untuk memulai sebuah kehidupan baru yang jauh dari sebelumnya, ataupun tetap dikota tuaku. Sekelebat bayangan kesunyian sepanjang malam menyelimuti mimpi.
Disinilah Tuhan menguji semua batas-batas keraguan dan kebimbanganku, malam menemaniku dalam pemikiran panjang dan Paul meyakinkanku bahwa kehidupan di Jogja tak kalah menarik kalau hanya untuk tujuan-tujuanku.
Aku kembali tertamu pada kesendirian, perenungan panjang dan pemikiran tak kunjung henti, aku berdiri ditengah lapangnya lamunanku menuju kota mati, kengerian pemandangan membutakanku dengan sebuah tabir gelap dan bodoh. Tiada hal yang terlihat selain bayangan kematian menakutkan yang berdiri diantara rindang pohon kamboja.
untuk akhirnya aku berkeputusan tetap berada di Jogja bersamanya.

Yah, Paul-lah yang telah meyakinkanku betapa malam tak akan pernah lelah datang dengan seribu wajah yang berbeda-beda. Semuanya punya cerita yang tak layak untuk aku lewatkan.
Entahlah ada kekuatan magis darimana, aku mempertimbangkan semua obrolan tiada henti dengannya, karier adalah salah satu tujuanku, tetapi kehidupan sosial juga tak kalah penting, dimana aku bisa terus memunggungi jalanan Jogja bersamanya.

Oktober 2008
Diamlah hatiku, aku akan bercerita.

Sekarang aku harus menjawab pertanyaannya satu persatu yang telah lama dia ajukan, dihari jadiku yang kesekian, aku sudah menemukan tambatan terakhirku – semoga, tanpa mau mendahului kehendak Tuhan – dan disinilah hatiku bersemayam damai, disamping dan dibelai lembutnya.
Kubayangkan lelaki tak ubahnya seperti gurun yang terbentang pasir seluasnya, tetapi dia selalu menghadirkan oase yang menyejukkan hati ditengah keletihan.
Disinilah aku berdiri, terdiam, dan menunggu pagi, bersamanya.

November 2008
Diamlah hatiku, karena dia milikku.

Aku mulai melukis sisi-sisi perahuku dengan beragam warna, kuning matahari, hijau musim semi, biru kubah cakrawala, merah senja nan muram dan tentu saja garis hitamnya malam. Layar dan dayungnya kuhias dengan gambar-gambar yang menakjubkan, menyejukkan dan menyenangkan pandangan.
Tak seorangpun bertanya apa yang kubawa dari samudera nan jauh, tak seorangpun tahu mengapa aku kembali dengan perahuku yang kosong ke pelabuhan, tapi dia selalu tahu tanpa harus kujelaskan, karena perahu ini memang aku siapkan untuk kurengkuh bersamanya mengarungi samudera lepas.
Kuyakin, terpaan badai dan ombak tak akan ada habisnya, tapi perbekalan kita sekarang bertambah banyak dan perahu kita semakin kokoh, niscaya kita akan sampai diseberang lautan dengan tangan tetap bergandengan dan berpaut.

12 Desember 2008
Selamat ulang tahun, Paul.
Coretan ini aku persembahkan untukmu.
Bangunlah, pagi telah datang….

09 Juni 2009

Sebuah Niat Baik

Sore itu agak mendung, aku masih saja betah duduk di sebuah bangku kayu yang sudah mulai lapuk. Gerimis sudah mulai turun dan sebentar lagi hujan datang. Biarlaaah ... aku masih ingin berlama-lama ditempat itu. Ya, di depan sebuah patung Buddha yang terlihat sangat adem.




Sekelebat kulihat seorang gadis kecil lewat, dia mendekati patung Buddha yang kehujanan dan dia melihat sekeliling mencari sesuatu, tidak ada apa-apa yang bisa dia pungut, dia memegang patung itu untuk dipindahkan ke dekat pohon, tapi patung itu dilekatkan ke semen, dia kebingungan.

13 Mei 2009

Kerja membuat kamu cantik

Malem itu pukul 20.30, aku masih terkantuk-kantuk di kelas Pajak yang aku ambil bersama beberapa teman dekat (yah... sekadar nambah ngelmu sebelum lulus). Dua orang temanku yang laen sudah beberapa kali SMS buat ngingetin untuk gabung menikmati secangkir kopi di Djendelo (buat anak-anak Jogja, mungkin kedai kopi ini sudah nggak asing lagi).

Seperempat jam kemudian kursus kelar, aku langsung melesat ke parkiran dan meluncur ke KTP setelah mampir ke ATM untuk menyelesaikan beberapa tanggungan pekerjaan (transfer-transfer ke mitra).

Sesampainya di Djendelo, ternyata sudah rame. Ada sekitar 8 monyet sudah mengelilingi 2 buah meja yang digabung dijadikan satu. Hmmmm ... seru nih kayanya, apalagi di meja itu sudah tergelar Uno, yuhuy, maenan favorit kita. Hahaha.

Sambil ikut bergabung maen Uno, aku sempatkan baca Majalah Cosmopolitan yang terbit 9 tahun lalu. Majalah itu teronggok begitu saja di sudut ruangan. Buka-buka-buka, ternyata ada artikel yang menarik, judulnya: "Kerja Membuat Kamu Jelita." Ahak, jelita! :)

Mari kita kutip sedikit-sedikit isinya....

04 Mei 2009

Lereng Sindoro - Sumbing

Pada bulan Oktober di Wonosobo

Usiaku berkelopak di atas dupa,
Diperam aroma setinggi,
Dan dibasuh gumam mantra-mantra dari lembah kearifan nenek moyang.

Jiwaku rekah karena doa-doa mengalir deras dari serat suci
Memenuhi lubuk malam dan membingkai kenangan pualam di benakku,

Jika senja pergi membawa matahari di beranda,
Kutelusuri lekuk lembut jemari ibu yang tak pernah henti memancarkan cahaya,

01 Mei 2009

CARPE DIEM....!!!

Catatan untuk seorang teman......

Kita mendengarkan panggilan,
namun tak pernah benar-benar memperhatikan.
Berharap akan masa depan,
ketika masa depan hanya direncanakan.
Bermimpi tentang kebijakan yang kita hindari setiap hari.
Berdoa bagi datangnya juru selamat.
ketika keselamatan ada ditangan kit.a

Namun kita masih saja terlelap,
kita masih saja berdoa,
kita masih saja takut...

12 April 2009

Di Sini Aku Tetap Menantimu…


Aku tengah menantimu…
Mengejang bunga randu alas pucuk yang mulai gundul itu
Beberapa Juli saja menguncup dalam diriku dan kemudian layu
Yang telah hati-hati kucatat, namun diam-diam terlepas
Awan-awan kecil melintas dijembatan itu,
Aku menantimu…

Musim telah mengembun diantara bulu-bulu mataku
Kudengar berulang suara gelombang memecah sunyi
Bintang-bintang gelisah
Telah rontok kemarau-kemarau yang tipis
Ada yang mendadak sepi
Ditengah riuh bunga randu alas dan kembang turi
Akupun menanti…

Aku Duduk dan Menangis

Udara malam ini membuat air mataku yang mengalir terasa dingin.

Semoga air mata ini mengalir sejauh-jauhnya, agar kekasihku tak pernah tau bahwa suatu hari aku pernah menangis untuknya.

Semoga air mataku mengalir sejauh-jauhnya, agar semua malam mengabur dalam gelapnya, aku ingin melupakan semua kesunyian malam ini, itulah sebabnya aku menulis, agar aku bisa mengubah getir menjadi rindu, sepi menjadi kenangan dan beku menjadi cinta. Kemudian ketika aku berada diujung pagi dan telah bosan mengisahkan semuanya, aku bisa segera tidur lelap dan terbangun dengan mimpi-mimpi baru.

19 Maret 2009

Minggu yang Damai


By Your Side-nya Sade sayup-sayup masih terdengar dari playlist-ku. Nggak terasa pagi sudah lewat, entahlah sudah jam berapa siang ini ketika aku membuka mata dan kunikmati pancaran matahari yang menyusup lewat jendela kamar, memantulkan cahaya keemasan dari poster yang aku gantung pada dinding-dinding kamar.

Belum juga cukup untuk mengumpulkan nyawa dan merenungi segala hal yang menerpaku pada akhir Februari ini, ponselku menyala, memanggil-manggil untuk segera kuangkat.. Kulihat di layar tertera sebuah nama yang selalu mengingatkanku pada malam, sepi dan kesendirian.

Handphone aku diamkan dan aku terus menikmati pancaran matahari yang menawarkan seribu pesona siang ini. I'm Yours-nya Jason Mraz mengubah suasana menjadi lebih relaks. Bebas, aku bisa bisa bangun sesiang-siangnya tanpa aktivitas yang memuakan dan selalu menuntutku pada keteraturan. Ah, aku suka sekali hari Minggu!