01 April 2011

Aku dan Kopi [Tentang Kopi - Part 1]


Hari pertama di Bulan Maret yang dingin dan bisu. Selasa. Kemarau yang tidak jadi mampir tahun lalu membuat udara bertiup dengan sangat dingin dan kering, terkadang malah disertai dengan gerimis kecil yang menggugurkan daun belimbing di halaman belakang rumahku.

Aku turun dari tempat tidur, tepat sebelum alarm dari handphone-ku berbunyi. Kulirik suamiku masih pulas terbenam dalam selimut tebalnya, setelah memberikan kecupan hangat, aku pun segera bergegas ke dapur dan membuka pintu belakang untuk kemudian menikmati keharuman embun yang masih menyisakan kesegaran.

Di pagi hari yang masih jujur dan telanjang itu, aku selalu memulai rutinitas pagiku dengan menyeduh secangkir kopi; memanaskan ketel air –ya, sebenarnya bisa dari dispenser, tapi kopi terasa lebih nikmat jika diseduh dengan air mendidih– menyiapkan dua buah cangkir, menuangkan 2 sendok kecil kopi, 2 sendok kecil gula putih, kemudian dicampur dengan krimer atau susu putih, tak ketinggalan bubuk kayu manis pun aku tambahkan sebagai penyedap.


Setelah kopi siap, aku membawanya ke teras belakang. Duduk diam seorang diri dan segera menyapa alam yang masih enggan mengucap salam. “Selamat pagi semesta raya, semoga hari ini membawa keberkahan buatku dan orang-orang di sekelilingku dan semoga semua urusan hari ini dimudahkan, amin.” Ucapku dalam hati sambil menikmati sruputan pertama dari cangkir kopiku.

Ya, seperti itulah aku mengawali hari setiap pagi, semuanya terasa indah, ringan dan membahagiakan. Hidup tidaklah lengkap tanpa secangkir kopi di pagi hari. Buatku, kopi pagi hari adalah sarana meditasi, berkomunikasi dengan alam, dan media berucap salam kepada Tuhan.

Di lingkungan teman-teman sepermainanku dan setempat nongkrongku pun, aku sudah kerap sekali mendapat julukan berkenaan dengan kecintaanku pada bubuk hitam ini. Mulai dari julukan si coffeeholic, ratu kopi, dewi kopi, sampai cap-u-cinno. Dan aku memang tidak bisa menyangkal dengan “panggilan sayang” itu. Karena merekalah yang tahu keseharianku dalam menghabiskan bercangkir-cangkir kopi. 


 Tak heran lagi jika di dapurku yang bernuansa hijau segar itu terdapat aneka toples kopi dari segala penjuru nusantara, hehe.. ini bukannya nyombong, loh! Tapi lebih karena aku ingin mengucap terima kasih buat para sahabat yang selalu mengingatku ketika mereka melihat bubuk kopi hitam di pelosok-pelosok daerah yang mereka datangi.

Kerap sekali teman-temanku membawakanku oleh-oleh berupa bubuk hitam ini. Bahkan, ketika aku menikah, teman semasa kuliahku dulu memberikan kado sekilo kopi Arabica dari Excelso dan 1 set cangkir beserta coffee pot-nya. Aku jadi terharu, ternyata segitu besarnya perhatian teman-teman sama aku.. *srooooots*

Jika dibuatkan list semua teman-teman yang pernah memberikanku oleh-oleh kopi, maka berlembar-lembar sudah nama yang bisa aku tuliskan di sini. Ini cuma sebagian saja beberapa teman yang pernah menghadiahiku kopi dari tempat yang mereka kunjungi.  Terima kasih yang tulus untuk sahabat-sahabat tercinta:
  • Untuk Toshi dan Ayie yang membawakanku kopi Gayo, Aceh
  • Ahab yang mengunjungiku dengan kopi Lampung-nya
  • Lelaki Budiman yang memberikan oleh-oleh kopi Bali
  • Ida yang membawakanku Kopi Tongkat Ali dari Malaysia
  • Pak Dwiko yang menghadiahiku kopi luwak dari Jawa Timur
  • Asidha yang selalu menyuguhkan kopi panas di rumahnya yang damai
  • dan juga suamiku tercinta yang tak lupa membawakan “Bakoel Kopi” setiap kali pulang dari Jakarta...:)
 
Sebenarnya, masih banyak lagi sahabat-sahabat yang sangat perhatian itu, terimakasih setulusnya terucap untuk kalian semua, semoga kita bisa “join kopi” lagi ya...?

Aku selalu ingat, dulu ketika aku masih single and available, hampir setiap malam aku menghabiskan waktuku untuk ngopi-ngopi bersama teman-teman. Entah itu ngopi di kedai kopi atau ngopi di rumah seorang teman apabila ada varian kopi baru yang mereka punyai. Hmm...senangnya, ngobrol dengan sahabat sambil menikmati secangkir kopi, sangat priceless.

Saat terbaik menikmati kopi

Dalam sehari, paling tidak aku minum 3 cangkir kopi,  tapi sebenarnya itu pun belum termasuk secangkir kopi sebagai bonus kalau ada acara ngumpul dengan teman, atau jika di suatu malam aku tergerak hatinya untuk menulis dan menghabiskan waktu di depan komputer sampai dini hari. Ya, kopi adalah sahabat yang tidak pernah bosan menemaniku begadang...  :)

Jika diurutkan dari pagi hari, aku akan memulai rutinitas menyeduh secangkir kopi ketika bangun tidur, ketika aku bisa bangun nyubuh dan segera berdiam diri sejenak di pagi hari yang masih hening.

Setelah itu, jam ideal untuk menikmati cangkir kedua kopiku adalah sesampainya di kantor, ketika aku mulai berjibaku dengan banyaknya pekerjaan, capek melototin angka-angka yang kadang mereka pun sudah bosan dan menyuruhku segera pergi. Maka, saat itu juga, aku pun akan beranjak dari tempat dudukku dan menuju pantry untuk membuat kopi, hal itu biasa aku lakukan sekitar jam 10 pagi, ketika aku membutuhkan asupan energi untuk menambah konsentrasiku. Ya, karena zat yang terkandung dalam kopi, mampu meningkatkan konsentrasi dan membuat kita lebih fokus terhadap apa yang sedang kita kerjakan.

Cangkir ketiga kopiku akan aku seduh sekitar jam 7 malam, setelah leyeh-leyeh di rumah, mandi dan makan malam, aku segera menyeduh kopi lagi, bercengkerama dengan suami dan menyesap cangkir kopi masing-masing, ah..... can't describe... ^^

Aku selalu berharap kopi yang aku minum malam itu adalah kopi terakhirku pada hari itu, karena aku ingat ada sebuah artikel yang mengatakan, minum kopi sehari 3-4 cangkir masih aman untuk lambung kita...

So.. selamat menikmati secangkir kopimu teman....
kapan kita join kopi...?? :)

To be continued ya.....

4 komentar:

  1. kopi..kopi..kopi... memang seru sebagai pengantar pagi... salam kenal mba... ;)..
    Suka kopi tapi lambung kuatnya di kopi instan aja... he..he..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga.....
      Hihi, lumayan masih bisa menikmati kopi instan daripada nggak bisa ngopi sama sekali :) Kalau aku suka pedes, tapi perut nggak kuat. Untunglah kalau kopi mau berapa cangkir sehari pun perut nggak pernah protes.

      Hapus
  2. kopi jenis apa yang paling enak menurut lu cik dewi? *serius nanya* :p

    BalasHapus
  3. Mb Herlina...kayaknya aku mesti menjumpai, mbak...utk blajar minum kopi yg baik dan benar...secara aku sudah rutin ngopi juga tiap pagi dan kadang sore, tapi blum tau ilmunya :)

    BalasHapus