01 September 2009

Di mana Kau, Tuhan?

Salib dan orang-orang Kristen, dari ujung ke ujung telah kujajaki;
Dia tiada di atas salib

Aku tlah pergi ke biara tempat memuja, ke pagoda tua;
Tiada jejak apapun di sana

Aku pergi ke pegunungan Jayawijaya dan Kandahor pun tlah kulihat;
Dia tak ada di bukit, tiada pun di lembah jua

Dengan segala persiapan, kudaki gunung Qaf;
Di tempat itu pun hanya ada persemayaman burung Anqa

Kukelok tali kekang dan kuburu Kaabah;
Dia tak ada di tempat tua dan muda itu bertirah

Kutanya penunggu malam dan penjaga laut pantai selatan;
Dia berada di seberang jangkauan mereka

Kudaki ke arah tempat berjarak dua tombak;
Dia tiada di tempat yang keramat itu

Kupandang ke dalam hatiku sendiri;
Di sana, kulihat Dia;
Dia tiada di tempat lainnya

Tuhan, Tuhan, kadang memang Kau susah dicari ya??


Belajar dari Renungan Jalal ad-din Rumi, sekalipun jalan itu banyak, tujuannya adalah satu. Tidakkah kita lihat bahwa banyak jalan menuju Kaabah? Bagi beberapa orang jalan itu adalah dari negeri Palestina, bagi yang lain dari China, sebagian lagi melalui laut dari India dan Yaman.

Begitulah jika kita hanya memerhatikan jalan, perbedaan sangat besar dan pertentangan tak ada batasnya; tapi ketika kita memerhatian tujuan, kita semua sepakat dan satu. Hati kita semuanya bersatu di atas Kaabah.

Hati mempunyai satu ikatan, sebuah cinta yang agung dan semangat pencarian Tuhan. Dan dalam hal ini tidak ada peluang bagi pertentangan. Ikatan itulah yang dikatakan Rumi bukan sebagai kekufuran maupun kepercayaan.

6 komentar:

  1. Tuhan lagi mudik jeung...pulang ke kampung halamannya bagi bagi parsel lebaran :)

    nb : oh ya... add FBnya yah... sekarang saya lagi di FB

    BalasHapus
  2. pada masing-masing jalan, telah ditentukan aturan mainnya. dibeberapa jalan, aturan maen itu sedemikian kerasnya dengan berbagai ancaman mengerikan (jauh dari welas asih) bagi yang tak mematuhinya, terlebih bagi yang berpindah jalan.

    bahkan hukuman bagi pelanggaran kita, juga akan ditimpakan pada mereka yang melahirkan kita.

    mereka yang melahirkan kita telah dijadikan sandera bagi kepatuhan kita. shit!

    andai semua ulama searif rumi.

    BalasHapus
  3. msh dg wacana yang sama Wi..??

    BalasHapus
  4. @ Mata: iyah, akyu jg kbagian parcelnya niy, kbetulan kampung kita sama.. ya ga Han?
    @ Paul: hmmm, lanjutin diskusinya diluar forum ini aja ya.. :P
    @ Neppy: hahahaha... tau neh, yg penting tujuannya sama Bu....

    BalasHapus
  5. mungkin TUHAN sulit dicari, karena kita terlalu mencari yang sebenarnya tak harus kita cari
    http://itheng.blogspot.com/2009/09/sayangku-padanya-menghapus-sayangku.html

    ajari saya berkata - kata...
    salam kenal dari saya

    BalasHapus
  6. @itheng: sdh sy tinggalkan jejak di blog-mu..
    makasih sdh mampir, sering2 ya... :)

    BalasHapus