24 Desember 2009

Children of Heaven

Adalah Taqi, seorang bocah berusia 5 tahun. Berperawakan kecil, kelihatan cerdas dan kritis dibanding anak seusianya yang sekarang masih duduk di TK Nol Kecil.

Hari itu ada lomba mewarnai di sekolahnya. Taqi tidak bilang ke ibunya akan lomba tersebut yang sebenarnya sudah lama dia nantikan. Mungkin dia kasian melihat ibunya selalu kerepotan mengurus adiknya yang saat ini baru berumur 2 tahun dan satunya lagi masih berumur 5 bulan. Ya, Taqi mempunyai 2 orang adik yang masih kecil-kecil di rumah. Sedangkan ayahnya sering ditugaskan ke luar kota oleh kantor tempat kerjanya.

Hari itu pun Taqi berangkat ke sekolah seperti biasa. Sia berangkat sendiri, berbarengan dengan ibu dari teman-temannya yang sudah menenteng krayon dan meja gambar. Sedangkan Taqi, tetap penuh percaya diri melenggang dengan tangan kosong.


Ketika sampai di sekolah, suasana sudah ramai. Terlihat hiruk-pikuk orang tua yang sedang membantu mempersiapkan peralatan mewarnai anak-anaknya, krayon beraneka warna dan bentuk, meja gambar dengan desain khas anak-anak, dan aneka perlengkapan lainnya. Bahkan, tidak sedikit beberapa orang tua yang membawa bungkusan berisi minuman dan aneka makanan kecil dalam tentengannya.

Taqi melongok sebentar, kemudian dia berlari keluar kelas lagi. Tiba-tiba, ketika dia sedang menyebrang halaman sekolah, tanpa diduga, dia menemukan krayon di depan kakinya. Dia segera memungut krayon yang sudah patah dan tidak lengkap itu untuk kemudian dia berlari riang menuju kelasnya lagi. Akhirnya Taqi bisa mengikuti lomba mewarnai tersebut dengan krayon yang tidak lengkap dan sudah gompal di sana-sini.

Tanpa meja gambar, tanpa ibu/bapak yang menunggui, si kecil Taqi mulai asyik dan khusuk mewarnai kertas gambar di depannya. Wajahnya ceria, tak kalah dengan anak-anak lainnya.

Sampai kemudian pengumuman pemenang membahana di panggung. Nama Taqi dipanggil untuk menerima piala tanda dia mendapatkan juara ke-2, tepuk tangan bergemuruh di seluruh ruangan. Taqi, dengan senyum malu-malu, berlari kecil sendirian menerobos sesaknya pengunjung di kelas tersebut.

Setelah dia mendapatkan piala, dia berlarian menuju halaman tempat dia menemukan krayon. Dia letakkan krayon tersebut dengan posisi yang sama sesuai dengan ketika dia mendapatinya pagi tadi, dan si kecil Taqi kembali berlari  untuk mengabarkan kemenangan itu kepada ibu, kedua adiknya dan seorang kakaknya di rumah.

"Umiiiiiiiiiii, Taqi dapet piala mewarnaiiiiiiiiiiiiiiii...." Teriaknya sambil memamerkan piala di tangan kanannya.

Ibunya hanya bisa menangis dan memeluk si kecil Taqi, "Anak pintaaaaaar, Ibu bangga sama kamu, Nak!" kata ibunya dengan sesenggukan..


(Cerita ini saya dengar dari seorang teman kantor yang sering mengisahkan kejadian lucu sekaligus menyentil hati berkaitan dengan tingkah polah anak-anaknya di rumah.)

Hmmm, saya jadi teringat dengan film Iraq berjudul Children of Heaven itu.
Saya merasa malu sama Taqi, seringkali saya tidak jadi melakukan suatu hal dengan berbagai macam alasan, entah tidak punya ini, masih kurang itu, selalu saja punya alibi untuk menunda pekerjaan.
Hmmm... Taqi, makasih atas pembelajaran ini ya, Nak.


5 komentar:

  1. anak yang cerdas.. semoga terus berkembang bakatnya menjadi pelukis.

    BalasHapus
  2. membaca dengan ditemani secangkirkopimu,
    mencerahkan

    BalasHapus
  3. @ all: makasii.. memang pelajaran hidup bisa diambil dari siapapun & kapanpun... rite? :)

    BalasHapus